Kamis, 08 Desember 2016

Salman dan Impian 40 Tahun Indonesia Beradab


"seorang pemimpin besar ialah yang menjadikan mimpinya dipercaya seolah sebuah realita nyata di kemudian hari"

Dialah Syarif Hidayat, Ketua Yayasan Pengurus Masjid Salman ITB. Dengan perawakannya yang khas ditambah gaya bicara yang menantang, ia terus menerus mengulang mimpinya di depan mahasiswa penghuni gedung kayu tua bersejarah itu. Aku sendiri pun lupa sudah berapa kali mimpi besar itu digaungkan di ruang dengarku. "40 tahun Salman akan membawa Indonesia menjadi negara paling beradab setidaknya nomor tiga di dunia," sebutnya.

Sabtu pagi yang cerah, 3 Desember 2016.
Sekali lagi mimpi itu kembali digaungkan, di depan tunas-tunas yang mulai tumbuh dengan tatapan tajamnya ia berhasil menyihir kami seolah mimpi itu dekat dan bisa diusahakan. Hari itu memang kami sengaja berkumpul untuk menyatukan semangat juang bersama seluruh unit kegiatan mahasiswa Masjid Salman ITB. 

Sama dengan pendahulunya, Hermawan K Dipojono, ia memulainya dengan bercerita tentang korea. Sungguh negara ini dan korea selatan merdeka di tahun yang sama, bulan yang sama. Tepatnya 2 hari setelah korea merdeka Soekarno memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia. Ia pun bercerita, di tahun 1965 saking miskinnya korea selatan, ia hanya bisa mengekspor satu barag yang tumbuh di negeri itu 'rambut warganya sendiri. Tapi lihat hari ini, dengan usia yang sama, Korea Selatan berlari kencang meninggalkan Indonesia jauh di belakangnya. Semangat mereka cuma satu,"kalahkan jepang." Identik dengan semangat sederhana pejuang bangsa ini, "Indonesia merdeka!"

Jika dipikir ulang, rasanya kita punya cukup syarat -bahkan berada di batas atas syarat itu sendiri- untuk menjadikan negeri ini sekuat korea selatan, india, bahkan china sekalipun. Sumber daya alam dan manusia Indonesia tidak perlu ditanya lagi akan kualitas dan kuantitasnya. Hanya memang bukan soalan mudah menggerakkan roda peradaban negeri dengan sejuta budaya, sejuta sifat. Tapi bukan tanpa alasan Tuhan menjadikan negeri indah ini begitu kompleks dan penuh tantangan. Sungguh Allah punya rencana, miniatur dunia bernama Indonesia ini telah Ia jadikan sebagai training ground bagi insan di dalamnya untuk kelak memimpin dunia. Bukan tidak bisa, semua ini hanya soal potongan mimpi banyak orang yang belum terangkai menjadi puzzle utuh kemerdekaan sesungguhnya.

40 tahun bukan waktu yang lama, tapi itu cukup untuk menjadikan negara ini setidaknya menempati urutan ketiga untuk negara paling beradab di dunia. Dimulai dari 5 tahun awal Indonesia harus jadi yang terbaik di Asia Tenggara. Salman memulainya dengan membangun jaringan masjid nusantara dan membentuk percontohan ide-ide besar yang bisa diterapkan di masjid2 itu. 

Di tahap awal proses panjang ini memang mimpi itu masih terasa jauh. Tapi semangat yang terpancar di setiap sudut masjid ini seolah menyiratkan optimisme akan mimpi yang segera terwujud. Dan aku bersyukur bisa menjadi sekrup kecil dari seluruh proses panjang nan melelahkan itu. Meski tidak banyak, setidaknya ada cerita yang bisa aku adukan dihadapan-Nya kelak. Selamat Berjuang!