Kamis, 09 November 2017

Memimpin : Tentang Mencari Titik Tengah

Meski telah akrab bergaul dengan dunia kepemimpinan, rasanya tetap saja harus ada waktu yang mengingatkan kembali tentang hakikat dibalik semuanya. Banyak yang bilang memimpin berarti berkorban untuk orang lain. Tapi, jika semua tentang pengorbanan, kapan saat yang tepat untuk memikirkan diri sendiri. Mimpi yang ingin diraih, tujuan hidup, dan bahkan keluarga yang akan dibina. Persis seperti inilah dilema kepemimpinan yang pernah terpikir olehku, tepatnya ketika masih menjadi Kepala GAMAIS tahun lalu.

Sabtu lalu, aku bertemu sesosok pemimpin muda yang menjadi salah satu role model buatku. Kesederhanaan bertindak, kesantunan, serta senyum yang menjadi default raut wajah beliau merupakan ciri khas pribadi satu ini. Garry namanya, kakak tingkat berjarak 2 tahun diatasku. Mantan presiden KM yang meskipun banyak yang mengkritik, bagiku masih terbilang sukses. Hari itu beliau mengutip sebuah catatan yang menarik tentang kepemimpinan, 

"Memimpin itu bukan semata-mata tentang pengorbanan. tapi tentang menemukan titik tengah : mimpi diri sendiri yang menjadi cita-cita besar hidup dan manfaat untuk orang lain."

Audiens hari itu -anak tingkat 1 yang tidak benar-benar melihat keberjalanan KM ITB pada kepengurusan ka garry- tersenyum sembari bertepuk tangan riang. Aku yang kebetulan memegang laptop di depan mereka (baca : operator) justru tertegun singkat. Aku yang mengikuti keberjalanan kepengurusan ka garry tahu betul darimana kalimat itu berasal. Beliau sempat salah menentukan titik tengah, terlalu banyak berkorban untuk orang lain dan bahkan sedikit melupakan dirinya. Betul saja, beliau mengakatan hal tersebut tepat setelah lintasan pikiran itu hinggap dikepaku. "Bahkan saya bingung apa yang harus saya lakukan, apa yang sebenarnya saya kejar?" begitu tambahnya pada audiens. "Titik tengah lah jawabannya. tetap bermanfaat untuk orang lain, memimpin meraka dalam organisasi / apapun, namun sambil menyusun portofolio hidup kedepan yang lebih matang mencapai mimpi yang diidamkan," tutupnya.

Setidaknya itulah makna titik tengah yang aku jalankan selama menjadi mahasiswa. Sayangnya, selepas itu, semenjak si gajah tidak lagi di dada, lengan, atau tersablon di jaket kekinian dan berpindah ke selembar kertas dengan tanda tangan Pak Rektor -Singkatnya Lulus-, makna titik tengah kembali bergeser. Bagiku kini titik tengah adalah menjadikan mimpi terbesarmu memiliki sebesar-besarnya manfaat untuk orang lain.

Sekian. Selamat bermimpi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar